Friday, March 07, 2008

1 - FAP

Hari itu hujan turun dengan derasnya. Air menetes dari langit bagai menangis keras tanpa henti. Dia tetap mencari. Mencari, mencari, dan terus mencari. Ada di mana? Sebenarnya ada di mana?
Tak peduli akan hujan yang terus membuat tubuh kuyup, dia berlari melintasi jalan di malam hari. Sepi. Hari ini sepi. Tak ada kendaraan berlalu-lalang, tak ada pedagang menjual makanan. Yang ada hanya sepi dan derai hujan.
Kakinya tak kuat lagi melangkah. Lelah. Berhentilah ia di pelataran sebuah ruko terbengkalai. Tampaknya tempat itu cukup kering. Maka bergeraklah ia mencari sebuah sudut yang kering. Didekapnya dirinya guna menghangatkan tubuh sebisa mungkin. Ah apa daya…. Kantuk terlalu kuat untuk dilawan.

Dia terbangun oleh sinar matahari yang menusuk kelopak mata. Suasana ramai terbawa oleh udara ke daun telinganya. Dia membuka mata.
Pemandangan sepi yang dilihatnya tadi malam sudah berubah menjadi pasar. Orang-orang berkeliaran menjajakan dagangannya. Mengapa tidak ada yang membangunkannya?
Seketika itu juga dia menemukan jawabannya. Ternyata dia bukan satu-satunya orang yang bermalam di sekitar sana. Lebatnya hujan tadi malam telah menghindarinya dari melihat seberapa banyak gelandangan yang sedang berteduh dan beristirahat. Dia melirik dirinya sendiri. Keadaannya tidak jauh berbeda dengan gelandangan-gelandangan di sekitarnya.
Dia mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam. Ternyata pagi sudah pergi beberapa jam. Dia harus pulang. Terpaksa, sebetulnya. Tetapi jika tidak pulang dia akan makan di mana? Sudahlah pulang saja.
Dia menarik napas dan memerintahkan tubuhnya untuk berdiri. Berat dan pegal. Tapi bukan untuk yang pertama kalinya. Dia sudah cukup sering tidur di jalanan, sehingga pegal-pegal bukan lagi sebuah kendala. Yang bahaya itu saat ada razia malam hari. Bila sudah disergap Kamtib, mau tak mau dia harus beranjak dan mencari tempat bernaung yang lain.
Dia menoleh ke kiri dan ke kanan. Sejujurnya dia agak lupa hingga sejauh mana ia berjalan semalam. Jalan sajalah dulu, pikirnya. Jalan pulang itu selalu mudah untuk ditemukan.
Kakinya melangkah di antara pasar kaget yang bergelimpangan. Pakaian dan sepatunya yang sudah dekil harus menjadi semakin kotor terkena lumpur dan genangan air hujan. Jorok. Sangat jorok. Lengket pula. Sesampai di rumah dia harus langsung mandi. Sebenarnya mengapa dia harus berjalan sampai sejauh ini?

No comments: