Friday, March 07, 2008

4 - FAP

Bayangan dari mana itu? Rasanya tadi pagi aku terbangun sendiri. Faktanya adalah aku terbangun di luar ruko. Bukan di dalamnya. Ah tapi itu tidak penting. Cairan menjijikkan yang barusan aku muntahkan ini lebih mendesak untuk dibersihkan segera.
“Ning, kamu tidak apa-apa?” tanya Pak Yudi dari balik pintu.
“Tidak apa-apa, Pak. Sebentar lagi beres, kok,” balasku berbohong.
Kuambil toilet shower dan kusemprot muntahanku hingga bersih. Jorok. Sangat jorok. Muntahan itu harus bersih dengan segera.
Tak berapa lama kemudian lantai kamar mandi sudah bersih kembali. Aku memperhatikan wajah pucatku yang terpantul pada cermin. Perlahan-lahan kusapukan perias wajah yang dapat menyulap parasku menjadi segar kembali. Setelah itu kembali kukenakan gaun sutra yang tadi sempat kutanggalkan. Tak lupa kusandangkan sepasang lingerie seksi nan menggoda di baliknya.
Kubuka pintu kamar mandi. Pak Yudi sudah terlentang di atas kasur. Menunggu. Kupasang ekspresi muka semenggoda mungkin. Orang ini kaya. Kalau dia puas, bonusku juga akan memuaskan.
“Sini, Ning, duduk di sebelah saya,” ajak Pak Yudi sambil menepuk-nepuk ruang kosong di sebelahnya. Kuturuti kemauannya dan mendekatkan diri di sampingnya.
“Sabar, ya, cantik. Obatnya belum bekerja,” tambah Pak Yudi.
Obat? Kulirik nakas di samping Pak Yudi. Ah tentu saja. Lelaki setua Pak Yudi ternyata memerlukan bantuan obat kuat untuk ‘bermain’. Kalau begitu perlu tenaga ekstra dariku untuk membuatnya semakin bergairah. Aku paling benci kerja rodi seperti ini.
Kami mengobrol-ngobrol beberapa saat sambil menunggu obat kuat Pak Yudi bekerja. Sembari bercengkerama, dengan genit dan nakal Pak Yudi mencolek dan meraba-raba bagian tubuhku. Tak perlu waktu lama hingga gaun sutraku terlepas, meninggalkan diriku dalam balutan lingerie tipis yang menantang. Dengan berani kulakukan hal yang sama terhadap Pak Yudi. Kukerahkan seluruh pengalamanku untuk membuat dia terangsang penuh birahi. Lelaki tua memang cenderung lebih mudah untuk dipuaskan, apalagi mengingat dirinya yang sudah bau tanah.
Pelan namun pasti, obat kuat itupun bekerja. Pak Yudi mulai merasa segagah singa. Direngkuhnya diriku dan dilepaskannya sisa-sisa kain yang menutupi kulitku. Kupasrahkan diriku dalam dekapannya. Kuikuti irama permainannya. Uang, uang, uang. Buat dia puas dan aku akan dapat uang. Persetan dengan apa yang terjadi semalam. Aku mau uang.

No comments: