Aku beringsut memandangi korbanku. Seorang pria paruh baya yang sederhana. Politikus ternama yang tampak begitu bersih dan bersahaja dari sisi manapun. Bahkan ketika ia tertidur pun wajahnya begitu tak bersalah, luput dari penampakan dosa besarnya. Kubelai kepala pria itu. Sedikit ragu yang bercampur perasaan bersalah menyusupi benakku.
Pemain belakang organisasi teroris dalam topeng politikus liberal. Sebenarnya aku sedang mempertaruhkan nyawa.
”Forgessa.” Sekonyong-konyong suara parau Djosh bergaung di telingaku. Aku sedang mulai membiasakan diri dengan metode telepati yang entah bagaimana telah kukuasai ini, meskipun masih aku bingung setiap kali suara bariton parau ini menyapaku.
”Jangan pernah bergerak tergesa-gesa. Tugasmu adalah membuat lelaki ini jatuh cinta padamu dengan cara selembut mungkin, sehingga kau bisa menumbuhkan cinta yang benar-benar suci. Selain itu kau harus tetap memantau setiap pergerakannya dengan mata batinmu. Ketika kau sudah benar-benar merasuk dalam hidupnya, kau akan menghabisinya perlahan-lahan. Aku minta kau untuk sangat berhati-hati dalam menyelesaikan misi ini, karena inilah jalan masuk kita menuju SnakOm.”
Aku tersenyum pedih mendengar tugas muliaku ini. Raizarun Abdul Tholib ini adalah pemain belakang yang begitu kejam membantai ratusan ribu manusia dengan politik adu dombanya dalam perang Irak. Ia bergerak di belakang JI juga CIA. Ia pula yang menjaga kelangsungan berbagai perpecahan rasial dan spiritual dengan menanamkan kebencian pada pihak-pihak yang tadinya hidup damai. Dan ia mendanai segala operasi militer, jihad, gerakan separatis dan segala tetek bengek destruktif lainnya dengan memanipulasi uang rakyat. Metode yang digunakannya yang benar-benar rapi dan terencana, yang akan aku cari tahu pula modusnya dalam misiku ini. Masih ada lagi, dengan bersembunyi di balik topeng bersihnya, sangatlah mudah baginya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah ke arah yang tampak indah namun sebenarnya mengarah kepada harakiri bangsa. Semua dilakukannya di bawah naungan satu nama: SnakOm.
Tetapi ada yang membuatku begitu gentar padanya. Caranya berbicara dengan anak dan istrinya -yang tak pernah tahu siapa ia sebenarnya- begitu lembut dan penuh cinta. Sikap yang sama pun ditebarkannya kepada semua orang: tutur bahasa yang sopan, lembut, tulus, dipadukan dengan tingkah laku halus dan anggun. Ia tampak begitu damai dan penuh cinta. Menelusuri fakta dan bukti bahwa ia bisa begitu kejam dalam membunuh dan memanipulasi orang membuat lututku bergetar. Dan sikap mentalnya meyakinkanku bahwa ia memanglah sosok teroris sejati. Begitu baik ia memperlakukan perempuan, pun gagah permainannya di atas ranjang. Ia tampak begitu terbuka, ketika sebenarnya ia sedang menebar dusta dengan kehati-hatian yang begitu mengerikan. Ini dia: ia begitu hati-hati. Sebenarnya kepercayaan diriku sudah berada di level terendah dalam menghadapi lelaki ini. Dan untuk menumbuhkan cinta... Aku tak tahu berapa lama harus kuhabiskan untuk membuka pintu masuk Consdafold ke dalam penghancuran SnakOm. Sepertinya pekerjaan ini akan mengikatku seumur hidup.
Wednesday, March 19, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment