“Apa-apaan ini?” seruku marah.
“Maksud, Nona?” tanya lelaki bersenyum mengerikan itu.
“Tuan -kamu!- jangan main-main, ya!” lanjutku. “Ini pasti tidak nyata. Kamu pasti menghipnotisku dengan semacam cara sehingga aku melakukan hal-hal yang tidak bisa aku ingat. Mau kamu apa?!”
“Saya sudah bilang, saya butuh bantuan Nona untuk membantu kami mengenyahkan SnakOm.”
“Jangan bercanda! Kalau memang ini nyata dan SnakOm itu benar-benar ada, bagaimana cara menghancurkannya?”
“Hal itulah yang akan kita cari tahu bersama.”
“Tuan, tolong kembalikan saya,” pintaku dan mulai menangis. “Saya tidak tahu apa-apa. Kehilangan ingatan akhir-akhir ini saja sudah membuat saya takut. Saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi saya ingin kembali ke kehidupan saya yang normal-normal saja. Saya hanya seorang pelacur, Tuan. Saya tidak bisa menyelamatkan dunia.”
Setelah mendengar permohonanku, senyum malaikat –setan?- itu justru semakin melebar.
“Hmm… Ternyata kita kedatangan seorang pemain baru. Tampaknya Nona belum menyadari kekuatan diri sendiri yang masih terselubung. Lagipula walaupun Nona hanya seorang pelacur, apakah itu tidak bisa menjadi sebuah kekuatan?”
Akal sehatku tampaknya mulai beringsut pergi. Ini pasti mimpi. Mungkin akhir-akhir ini aku mengalami stress sehingga membayangkan ilusi yang tidak-tidak. Aku harus bangun. Setelah itu aku harus langsung ke psikiater. Mimpi. Pasti mimpi.
“Ini bukan mimpi,” kata malaikat itu singkat. Mataku makin terbelalak saat menyadari bahwa lelaki itu bisa membaca pikiranku. Lelaki itu lalu menghela napas dan mengangkat kedua bahunya lelah.
“Sepertinya,” sambung lelaki itu, “Nona cukup sulit menerima informasi yang telah saya berikan. Buktinya adalah Nona tidak pernah ingat tentang pertemuan-pertemuan kita. Itu artinya Nona menyangkal pernah bertemu dengan saya. Tampaknya saya harus mengambil jalan lain untuk meyakinkan Nona bahwa hidup umat manusia ini memang sedang diancam bahaya.”
“Maksud Anda apa?” tanyaku bingung. Lelaki itu hanya tersenyum misterius.
“Nanti Nona akan lihat sendiri,” jawabnya.
Sebelum aku sempat berkedip, lelaki itu menjentikkan kedua jarinya. Sekonyong-konyong ruangan tempat aku berdiri berputar dan berputar. Termasuk laki-laki itu, dia juga berputar. Pusarannya membutakan mataku. Pusing. Argh! Hentikan pusaran itu!
Rasa mual mendadak menyerang lambungku. Aku terbangun dan bergegas menuju kamar mandi untuk muntah. Kemudian aku kembali ke kamarku dan – kamarku?
Bagaimana aku bisa tiba di kamarku?
Sunday, March 09, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment