Friday, March 07, 2008

3 - ABS

Sudah gatal tanganku merasakan lembutnya uang dan belaian garang dari para pejabat. Speedometer menunjukkan angka 130 menyusuri jalan tol jakarta, betapa tidak sabarnya aku untuk mulai beraksi di depan para pejabat itu. Tidak terasa aku sudah sampai di depan Hotel Sahid dan dengan segera aku memarkirkan mobilku dan masuk ke lobi hotel.

Tubuh molekku dengan balutan gaun sutera yang cukup menggoda membuat birahi para lelaki di lobi hotel bergejolak tak henti. Aku dapat merasakannya dengan melihat mata mereka yang penuh nafsu memandangiku. Kutelepon Mami Rosa di mana ia sekarang.

"Mam, di mana, Mam?"
Tiba - tiba Mami Rosa muncul keluar dari lift bersama tiga lelaki.
"Mana yang lain, Mam?" tanyaku.
Sesaat kemudian Nini dan Ayu datang ke lobi.....

"Ini Ningsih, Pak Yudi, yang saya bilang tadi. Sepongannya jago banget. Ning kamu ikut Pak Yudi, ya...
Kasih yang kayak biasanya kalo bisa lebih. Hahahaha!"
Cerita Mami Rosa kepada Pak Yudi dengan ketawanya yang khas itu.

Terlihat muka Pak Yudi yang garang membuatku takut. Aku tidak tahu mengapa rasa takut ini tiba - tiba muncul. Sepertinya aku pernah merasakan hal ini. Ah mungkin hanya grogi biasa saja dengan pelanggan baru.

"Yuk, ikut Om sini, Ning!" ajak Pak yudi dengan lembut.
Tidak kusangka ternyata suaranya selembut ini. Sungguh kontras sekali dengan wajahnya yang garang itu.
"Nggak langsung, nih, Om?" tanya si Ning.
"Makan dulu aja, kamu belum sarapan kan? Om laper, nih." jawab Pak Yudi.

Kuikuti langkah Pak Yudi yang dengan segera ke parkiran mobil. Mobil mercy warna hitamnya membuatku pede pergi makan dengannya. Sekitar dua jam kami berkeliling mall dan makan. Saya sudah mendapatkan dua gelang emas putih, masing - masing tujuh gram.

Dompet Pak Yudi yang tebal dengan lima kartu ATM berebeda di dompetnya dan empat kartu kredit, ditambah uang tunai sepuluh juta di dompet membuat tangan ini semakin gatal untuk memegang juga sebagian uangnya. Sekitar jam tiga sore kami sudah kembali ke hotel. Kamar nomor 212 telah dipesan Pak Yudi untuk kami.

Sepertinya Pak Yudi sudah tidak tahan lagi ingin mendapatkan service dariku. Sebelum melayani pelanggan, seperti biasa aku memiliki ritual untuk mandi berendam di kamar mandi. Kuminta ia bersabar menungguku di kamar mandi.

Kubuka gaun suteraku dan meraba - meraba kembali tubuhku yang molek ini.
Teringat kembali kejadian tadi pagi tentang peta bodoh itu.

Sungguh aku sangat bingung mengapa aku bisa tertidur di pasar. Apa aku tidak membawa mobil saat itu? Apa Om - om yang kulayani kemarin malam tidak mengantarku dengan mobil? Terbayang di pikiranku sosok lelaki lusuh dan bau tiba - tiba menyergapku dari belakang dan membawaku ke ruko kosong..

Baunya tiba - tiba terbayang lagi dan membuatku muntah......

No comments: